Climate Justice, tentang Siapa yang Merusak dan Terkena Dampak

Climate Justice, tentang Siapa yang Merusak dan Terkena Dampak

30 Nov 2023

Kita tahu perubahan iklim membawa dampak buruk. Namun luput kita sadari, mereka yang terkena dampak buruk justru yang tidak melakukan perusakan lingkungan atau menjadi penyumbang besar emisi. Climate justice atau keadilan iklim memotret kondisi tersebut. Lebih jelasnya, simak penjelasan berikut!

Apa Itu Perubahan Iklim?

Apa yang pertama kali terlintas di kepalamu ketika mendengar perubahan iklim? Bencana? Banjir? Bumi makin panas? Yup, itu semua benar! Namun, benang kusut ini perlu kita urai dari pangkalnya.

Sebagaimana namanya, singkat dan sederhanannya perubahan iklim adalah kondisi dimana iklim berubah. Sebelum ngomongin perubahan iklim, Kita bahas dulu apa itu efek rumah kaca?

Kalau yang ini bukan nama sebuah band ya! Melainkan fenomena di mana gas rumah kaca (Karbon dioksida, gas metana, nitrogen dioksida, dsb) menyelimuti lalu memerangkap panas bumi. Walhasil, bumi jadi panas dan berdampak buruk bagi lingkungan segenap makhluk hidup di dalamnya.

Nah, karena suhu rata-rata bumi, atmosfer, dan lautan meningkat kemudian disebut dengan pemanasan global. Satu bumi jadi kepanasan nih! Suhu dan pola cuaca yang berubah dalam kurun waktu jangka panjang disebut dengan perubahan iklim.

climate justice dan dampak abrasi

Perubahan iklim menjadi satu fokus yang semestinya kita perhatikan bersama, mengingat dampaknya kian hari kian nyata dan barangkali sudah dirasakan. Selain suhu bumi yang meningkat, perubahan cuaca secara mendadak atau randomly, dan juga kenaikan muka air laut, merupakan sedikit tanda-tanda yang diberikan alam agar kita lebih aware terhadap kondisi bumi/lingkungan.

Baca juga: Pesisir Tambakrejo Enggan Tenggelam dan Upaya Kelompok CAMAR menjaga Sisa Mangrove yang Ada

Apa Itu Climate Justice/Keadilan Iklim

Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, perubahan iklim terjadi akibat emisi gas rumah kaca berlebih. Emisi tersebut sebagian besar berasal dari sektor industri untuk menjalankan aktivitas bisnisnya.

Negara maju dengan industri di belakangnya menjadi penyumbang emisi mayoritas dunia. Ironinya, dampak yang ditimbulkan menghantam satu dunia. Negara miskin minim teknologi dan mitigasi bencana bisa jadi ikut terkena imbas perubahan iklim. Padahal, mereka minim menyumbang emisi. Situ yang bikin masalah, kita juga yang kena getahnya!

Perubahan iklim lantas memunculkan ketidakadilan. Seruan keadilan iklim atau climate justice dikumandangkan!

Menurut UNICEF, climate justice berarti memahami bahwa tidak semua orang berkontribusi terhadap perubahan iklim dengan cara yang sama. Oleh sebab itu, tidak seharusnya semua orang dibebankan kontribusi yang sama untuk mengatasi perubahan iklim.

Faktanya, 10% orang terkaya di dunia bertanggung jawab atas 50% emisi gas rumah kaca dan 50% orang termiskin hanya bertanggung jawab atas 10%-nya, terlepas dari populasi dan energi konsumsi meningkat.

Mereka yang berada di belakang kendali industri bisa jadi tak terlalu terdampak dengan adanya perubahan iklim. Lain halnya bagi masyarakat pesisir maupun hutan yang menggantungkan hidupnya pada alam. Ibu bumi adalah sumber penghidupan. Maka, keadilan iklim hadir untuk memberikan bantuan kepada masyarakat yang terancam atau terkena dampak perubahan iklim.

Climate justice memang seharusnya menghubungkan secara integral Hak Asasi Manusia (HAM) dan keberlanjutan ekologi. Mengakui bahwa masyarakat berjuang untuk hidup bebas dari masalah lingkungan dan sosial yang ditimbulkan oleh raksasa industri yang acap kali terlupakan.

Baca juga: NDC Indonesia sebagai Komitmen Turunkan Emisi Karbon

Apa yang Harus Kita Lakukan?

Akan terdengar sangat klise, tetapi ini upaya yang bisa dilakukan oleh hampir semua orang. Upaya guna memulai dengan sadar dalam mengonsumsi energi serta paham akan dampak emisi yang ditimbulkan lewat berbagai aktivitas. Beralih ke transportasi umum misalnya, bijak menggunakan listrik, meminimalisir konsumsi sampah non daur ulang, dan berbagai inisiasi lainnya.

Kita juga bisa mengambil langkah nyata melalui aksi penghijauan seperti menanam pohon. Harapannya, pohon tersebut akan tumbuh dan memberikan harapan baru. Menghidupkan kembali ekosistem dan menghidupkan kembali roda kehidupan masyarakat.

Apalagi dengan kemajuan teknologi, semua bisa dilakukan dengan mudah dan efektif. Menggunakan kalkulator jejak karbon Imbangi, kita dapat menghitung besar emisi karbon yang dihasilkan dari berbagai jenis aktivitas harian. Mulai dari aktivitas menggunakan listrik, kendaraan bermotor, hingga penggunaan barang-barang elektronik.

Bukan hanya menghitung besar jejak karbon, hasil perhitungan tersebut bisa ditebus dengan melakukan penanaman pohon. LindungiHutan akan merekomendasikan jumlah pohon untuk menebus besaran emisi karbon yang dihasilkan. Penanaman pohon akan dilakukan di lokasi penanaman yang kami sediakan.

Penasaran bagaimana cara kerjanya? Segera coba Imbangi GRATIS di sini!

Referensi dan rujukan yang digunakan:

Cristina Colon. What is Climate Justice? And what can we do achieve it?. https://www.unicef.org/globalinsight/what-climate-justice-and-what-can-we-do-achieve-it.

https://www.carbonbrief.org/in-depth-qa-what-is-climate-justice/

TRAC. Greenhouse Gangsters vs. Climate Justice. https://www.corpwatch.org/sites/default/files/Greenhouse%20Gangsters.pdf.

Kategori

Lihat Cerita Lainnya

Ecolify.org For Future Worth Living
Ecolify.org For Future Worth Living Ecolify.org For Future Worth Living

Ecolify adalah platform yang memudahkan organisasi, instansi dan perusahaan untuk menjalankan projek sosial penanaman pohon secara transparan dan berkelanjutan.

Hubungi kami

email:
kartika[at]lindungihutan.com

wa / phone:
+62 813 2918 1389

location:
Jalan Lempongsari 1 No. 405, Semarang, Indonesia

legal info:
Keputusan MENKUMHAM NOMOR AHU-0003033.AHA.01.04.

Ikuti Kami

Ecolify.org For Future Worth Living     Ecolify.org For Future Worth Living     Ecolify.org For Future Worth Living

LindungiHutan c 2020 - made with conscience "for a future worth living"