Peran Hutan Alami yang Efektif Menyerap Karbon, Sudahkah Kita Menjaganya?

Peran Hutan Alami yang Efektif Menyerap Karbon, Sudahkah Kita Menjaganya?

21 Dec 2023

Negara-negara di dunia sepakat untuk mencapai target pembatasan pemanasan global hingga 1,5 derajat Celcius. Termasuk, Indonesia yang dalam target NDC atau National Determined Contribution berusaha menurunkan emisi pada 2030 sebesar 29%. Berbagai upaya dilakukan, berbagai peraturan disahkan, dan berbagai kebijakan dihasilkan. Namun, kadang kala kita lupa bahwa apa yang kita punya saat ini itulah yang penting untuk diperhatikan. Apa itu? Hutan!

Peran Penting Hutan

Secara global, hutan memiliki peran penting dalam rangka mitigasi perubahan iklim. Diperkirakan total potensi teknis global untuk kegiatan aforestasi dan reboisasi selama periode 1995-2050 adalah antara 1,1-1,6 Gt C per tahun di mana 70% di antaranya berada di daerah tropis. Peran hutan tropis dalam mitigasi perubahan iklim utamanya adalah dalam penyimpanan karbon. Sekitar 482 Mha hutan tropis berpotensi dalam penyerapan karbon sebesar 21.6-46,5Gt karbon selama periode 1995-2045, (Alemu:2014)

Indonesia sebagai salah satu negara dengan hutan tropis terluas di dunia memiliki semacam privilege kaitannya dalam kemampuan menyerap emisi karbon. Karena tahukah kamu, hutan alami merupakan salah satu ekosistem yang memiliki kemampuan menyerap karbon paling efektif? Maka dari itu, melindunginya dari aktivitas deforestasi hingga alih lahan adalah sebuah bentuk kewajiban untuk tidak menyia-nyiakan apa yang sudah menjadi privilege kita.

Baca juga: Kenapa Deforestasi Menyebabkan Perubahan Iklim?

Sayangnya, deforestasi juga masih menjadi pekerjaan rumah yang meninggalkan sengkarut masalah di dalamnya. Meski Indonesia berhasil menurunkan deforestasi hingga 75,03% atau di angka 115,46 ribu ha selama periode 2018-2019, tetapi bagaimanapun deforestasi tetap terjadi. Tetap saja ada luasan hutan yang hilang dengan berbagai dampak buruk yang mengekor di belakangnya.

Kalau sudah ada hutan yang hilang, lalu bagaimana? Bukannya kita tinggal menanam yang baru? Kita galakan saja penanaman masif 1.000.000 pohon yang punya kemampuan paling efektif menyerap karbon. Bukankah itu menyelesaikan masalah? Oh tentu tidak!

Selain Menanam Pohon, Menjaga Ekosistem Hutan Alami juga Tidak Kalah Penting

Hutan alami dengan segenap keanekaragaman hayati yang dimiliki menyimpan kompleksitas tinggi yang mungkin tidak bisa diakomodasi oleh manusia. Sekalipun dengan teknologi paling canggih. Perkara menanam pohon juga tidak serta merta kemudian bisa menyerap serapan karbon dengan efektif, apalagi menyelesaikan masalah perubahan iklim.

Memang kita menanam 1.000.000 pohon, tetapi kalau hanya satu/dua jenis apa gunannya juga? Bukankah itu disebut dengan perkebunan? Sementara perkebunan tidak seperti hutan alami yang memiliki biodiversitas tinggi dan kemampuan menyerap serta menyimpan karbon dengan baik.

Faktanya, studi yang dilakukan oleh para ilmuwan dari Universitas Columbia pada tahun 2020 menyebutkan bahwa keberagaman hutan alami dengan campuran spesies pohon lebih andal dan stabil dalam menyerap dan menyimpan karbon daripada perkebunan yang didominasi oleh hanya beberapa spesies pohon, baik dari waktu ke waktu maupun dalam berbagai kondisi.

Masih dari penelitian yang sama, keandalan atau reliability yang dimiliki hutan alami lebih unggul dan tidak tergantikan oleh perkebunan sebagai agen penyerap karbon terrestrial. Hal ini juga konsisten dengan temuan dari bioma lain seperti padang rumput yang juga mungkin lebih dapat diandalkan daripada perkebunan untuk menyerap karbon.

Baca juga: Pengelolaan Lingkungan Hidup yang Berkelanjutan Upaya Mencapai Kelestarian Alam

Argumen lain dikemukakan oleh Simon L. Lewis (Profesor Departemen Geografi Universitas College London dan School of Geography University of Leeds Inggris) dan Charlotte E. Wheeler (Peneliti hutan di School of Geoscience University of Edinburgh Inggris)  dalam salah satu tulisannya  yang menyebutkan bahwa rata-rata perkebunan menyimpan lebih sedikit karbon daripada hutan yang masih virgin. Pun, proses penebangan hasil kebun melepaskan karbon. Walaupun memang beberapa jenis pohon seperti Eucalyptus dan Acacia dapat tumbuh dengan cepat dan memiliki kemampuan menyerap hingga 5 ton karbon per hektare per tahun.

Namun perlu diingat, ketika pohon-pohon tersebut dipanen dan lahan dibersihkan untuk penanaman kembali—yang mana biasanya dilakukan sekali dalam 10 tahun, aktivitas ini akan melepaskan karbon oleh dekomposisi limbah dan produk perkebunan.

Jadi, jelas sudah bahwa selain mencari, membuat, serta menginisiasi berbagai inisiatif baru untuk menekan emisi karbon dan memitigasi perubahan iklim, ada hutan yang masih dan harus selalu dijaga. Menjaga hutan beserta dengan keanekaragaman hayati yang ada di dalamnya menjadi usaha yang tak boleh dinomorduakan.

Kita juga harus mengingat bahwasanya melindungi ekosistem hutan alami, sabana, hingga padang rumput yang beregenerasi secara natural merupakan upaya melindungi cadangan karbon dan merupakan aset teknologi penyerap karbon paling canggih.

Pada akhirnya, jika ingin membatasi pemanasan hingga 1,5 derajat Celcius di atas tingkat pra-industri kita tidak hanya bisa bergantung pada solusi penanaman pohon. Sebab, agenda penting lainnya untuk mengurangi emisi gas rumah kaca secara radikal adalah dengan menjaga kelestarian hutan alami. Lantas, sudahkah kita betul-betul menjaganya?

Baca juga: Pentingnya Program CSR, Mengapa Perusahaan Harus Melakukannya? 

Referensi dan rujukan yang digunakan dalam tulisan ini adalah:

Osuri, A. M., Gopal, A., Raman, T. S., DeFries, R. S., Cook-Patton, S. C., & Naeem, S. (2019). Greater stability of carbon capture in species-rich natural forests compared to species-poor plantations. Environmental Research Letters.

Earth Institute. 2020. “Biodiverse Forest Better at Storing Carbon for Long Periods, Says Study”. https://news.climate.columbia.edu/2020/01/03/biodiverse-forests-carbon-capture/. Diakses pada 12 Juli 2023.

Waring B., Neumann M., Prentice I. C., Adams M., Smith P., Siegert M. (2020). Forest and Decarbonization – Roles of Natural and Planted Forest. https://spiral.imperial.ac.uk/bitstream/10044/1/79547/9/ffgc-03-00058.pdf.

Alemu Binyam. (2014). The Role of Forest and Soil Carbon Sequestrations on Climate Change Mitigation. https://core.ac.uk/download/pdf/234663535.pdf.

https://www.sementesflorestais.org/uploads/1/1/9/3/119304955/nature.pdf

https://www.menlhk.go.id/site/single_post/3645/laju-deforestasi-indonesia-turun-75-03#:~:text=Indonesia%20berhasil%20menurunkan%20deforestasi%2075,sebesar%20462%2C46%20ribu%20ha.


Kategori

Lihat Cerita Lainnya

Ecolify.org For Future Worth Living
Ecolify.org For Future Worth Living Ecolify.org For Future Worth Living

Ecolify adalah platform yang memudahkan organisasi, instansi dan perusahaan untuk menjalankan projek sosial penanaman pohon secara transparan dan berkelanjutan.

Hubungi kami

email:
kartika[at]lindungihutan.com

wa / phone:
+62 813 2918 1389

location:
Jalan Lempongsari 1 No. 405, Semarang, Indonesia

legal info:
Keputusan MENKUMHAM NOMOR AHU-0003033.AHA.01.04.

Ikuti Kami

Ecolify.org For Future Worth Living     Ecolify.org For Future Worth Living     Ecolify.org For Future Worth Living

LindungiHutan c 2020 - made with conscience "for a future worth living"