Kenapa Deforestasi Menyebabkan Perubahan Iklim? Apa Hubungannya?

Kenapa Deforestasi Menyebabkan Perubahan Iklim? Apa Hubungannya?

29 Nov 2023

Apa jadinya jika bumi tidak ada pohon? Apakah kita akan hidup dalam dunia seperti film Mad Max: Fury Road? Atau layaknya film The Book of Eli? Air dan pohon menjadi sesuatu yang berharga dan dengan harga apapun kita mau membayarnya.

Kendati hanyalah film, bukankah hal tersebut seharusnya menjadi pengingat kita bersama? Bahwa benar adanya pohon merupakan sumber kehidupan. Ada banyak hal dalam hidup ini yang kita gantungkan pada pohon dan segenap ekosistem seputarannya. Kita bisa melihat dari masyarakat sekitar hutan yang menumpukan hidupnya pada hutan. Lantas, kenapa kita mesti menebang?

Apa itu Deforestasi?

Menurut Global Forest Resources Assessment (GFRA) 2020, deforestasi adalah konversi hutan menjadi penggunaan lahan baik yang disebabkan oleh manusia atau tidak. Ini termasuk pengurangan permanen tutupan kanopi pohon di bawah ambang batas minimum 10 persen. Konservasi mencakup wilayah hutan yang diubah menjadi pertanian, padang rumput, waduk air, pertambangan dan daerah perkotaan.

Sementara itu, menurut Peratuan Menteri Kehutanan Indonesia Nomo 30 Tahun 2009 mendefinisikan deforestasi sebagai perubahan permanen dari areal berhutan menjadi areal tidak berhutan sebagai akibat dari kegiatan manusia.

Jadi sederhanannya, deforestasi adalah perubahan kondisi areal hutan menjadi tidak berhutan akibat kegiatan
manusia.

Baca juga: Pengelolaan Lingkungan Hidup yang Berkelanjutan Upaya Mencapai Kelestarian Alam

Deforestasi Menyebabkan Pemanasan Global

Selain menghilangkan ‘paru-paru dunia’, deforestasi juga punya andil besar dalam mempercepat laju pemanasan global yang menuntun kepada perubahan iklim. Karena tahukah kamu, kalau deforetasi menyumbang emisi yang jumlahnya tidak sedikit?

Faktanya, perubahan penggunaan lahan, terutama deforestasi menyumbang 12-20% dari emisi gas rumah kaca global. Lebih tepatnya, deforestasi menyebabkan emisi CO2 rata-rata 17,3 juta ton CO2 e per tahun.Mengapa bisa demikian? Mari kita ingat-ingat kembali tentang fotosintesis. Seperti kita ketahui, tumbuhan memerlukan sinar matahari, air, dan karbon dioksida atau CO2 untuk melakukan proses fotosintesis yang menghasilkan Oksigen.

Nah, melalui proses fotosintesis, CO2 di udara diserap oleh tanaman dan diubah menjadi karbohidrat, kemudian disebarkan ke seluruh tubuh tanaman dan akhirnya ditimbun dalam bentuk kantong karbon yang berada di daun, batang, ranting, dan akar.  Hampir separuh berat kering batang pohon adalah karbon. Makin berat batang pohon, makin banyak simpanan karbonnya. Makanya, banyak karbon tersimpan di hutan, di dalam pepohonan, dan tanahnya.

Ketika pohon terbakar, ia melepaskan karbon kembali ke udara. Ketika hutan ditebang dan dijadikan lahan pertanian, kemampuan tanah untuk menyimpan karbon bekurang.

Kesimpulannya, deforestasi atau penggundulan hutan memang menimbulkan emisi yang dikeluakan dari karbon yang disimpan dalam pohon. Alih guna hutan atau konversi menjadi perkebunan juga akan menghasilkan emisi karbon serta mengurangi efektifitas serapan karbon mengingat hutan alami memiliki cadangan karbon lebih tinggi ketimbang kebun.

Baca juga: Pesisir Tambakrejo Enggan Tenggelam dan Upaya Kelompok CAMAR Menjaga Sisa Mangrove yang Ada

Menanam Pohon jadi Jalan Mudah dan Murah untuk Selamatkan Bumi

Yup,  jadi salah satu cara yang paling mudah dilakukan untuk melawan pemanasan global, perubahan iklim, dan efek domino lain yang ditimbulkan. Menjaga kelestarian hutan dan mencegah aksi deforestasi menjadi agenda penting untuk dilakukan.

Sebagaimana mengutip dari Bronson (2017), NCS atau Natural Climate Solutions melalui tindakan seperti konservasi dan restorasi dapat menjadi solusi yang murah dalam menyerap karbon dioksida dan mendukung upaya menstabilkan suhu di bawah 20 Celcius sesuai kesepakatan bersama.

Penanaman pohon dan menjaga kelestarian hutan juga bukan hanya membawa manfaat ekologi, tetapi juga ekonomi, serta sosial. Hutan dapat berperan sebagai sumber pangan bagi masyarakat sekitar, mendukung penciptaan lapangan kerja, hingga pemanfaatan berbagai hasil hutan secara bertanggung jawab.

Jadi, ayo kita tanam pohonnya dan jaga hutannya!


Referensi dan sumber rujukan:

Charles Palmer, Natalie Pearson, Georgina Kyriacou. 2023. What is the role of deforestation inclmate change and how can ‘Reducing Emissions from Deforestation and Degradation’ (REDD+) help? https://www.lse.ac.uk/granthaminstitute/explainers/whats-redd-and-will-it-help-tackle-climate-change/#:~:text=When%20deforestation%20occurs%2C%20much%20of,contributes%20to%20climate%20change%EF%BB%BF. Diakses pada 22 Mei 2023

https://www.pnas.org/doi/10.1073/pnas.1710465114

Sari Media Deanti. 2018. “Potensi Karbon Tersimpan pada Tegakan Pohon di Pulau Tidung Kepulauan Seribu”. Skripsi. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. https://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/55087/1/MEDINA%20DEANTI%20SARI-FST.pdf.

https://ditjenppi.menlhk.go.id/reddplus/images/adminppi/dokumen/mitigasi/fcpf/fcpf_safeguards_sesa_ringkasan_190725.pdf

https://bappeda.kaltimprov.go.id/storage/file/Yuv1h5m4gqYWUcx2.pdf

https://www1.cifor.org/fileadmin/subsites/pmrv/documents/PMRV_Carbon_Poster_Ind_print.pdf


Kategori

Lihat Cerita Lainnya

Ecolify.org For Future Worth Living
Ecolify.org For Future Worth Living Ecolify.org For Future Worth Living

Ecolify adalah platform yang memudahkan organisasi, instansi dan perusahaan untuk menjalankan projek sosial penanaman pohon secara transparan dan berkelanjutan.

Hubungi kami

email:
kartika[at]lindungihutan.com

wa / phone:
+62 813 2918 1389

location:
Jalan Lempongsari 1 No. 405, Semarang, Indonesia

legal info:
Keputusan MENKUMHAM NOMOR AHU-0003033.AHA.01.04.

Ikuti Kami

Ecolify.org For Future Worth Living     Ecolify.org For Future Worth Living     Ecolify.org For Future Worth Living

LindungiHutan c 2020 - made with conscience "for a future worth living"