Apa Itu Ekonomi Biru? Apa Saja Fokus Isunya dan Bagaimana Penerapannya di Indonesia?

Apa Itu Ekonomi Biru? Apa Saja Fokus Isunya dan Bagaimana Penerapannya di Indonesia?

3 Nov 2023

Tahukah kamu, laut memiliki peran penting dalam kehidupan manusia? Faktanya, 90% perdagangan global berdasarkan volume dilakukan melalui laut, 350 juta pekerjaan di seluruh dunia terkait dengan perikanan, dan pada tahun 2025 diperkirakan 34% produksi minyak mentah akan berasal dari ladang lepas pantai.

Sayangnya, manusia dalam memanfaatkan laut sering kali berujung kepada eksploitasi yang justru mengancam kelestariannya. Pencemaran laut, perusakan terumbu karang, penangkapan ikan dengan cara-cara yang merusak, dan lain sebagainya. Maka sebagai upaya untuk memanfaatkan potensi laut secara berkelanjutan, lahirlah konsep blue economy atau ekonomi biru.

Ekonomi biru adalah istilah ekonomi yang terkait dengan pemanfaatan dan konservasi lingkungan maritime dan terkadang digunakan sebagai sinonim dari “ekonomi berbasis laut yang berkelanjutan”.

Menurut Gunter dalam Purbani Dini, et.al (2016), Ekonomi biru adalah sistem ekonomi yang didasarkan pada prinsip-prinsip pengelolaan sumber daya alam secara berkelanjutan dan didukung oleh sistem produksi efisien dan bersih tanpa merusak lingkungan demi kemakmuran umat manusia masa kini dan masa mendatang.

Istilah ekonomi biru sendiri pertama kali diperkenalkan oleh PBB pada tahun 2012 yang menggaris bawahi pengelolaan berkelanjutan berdasarkan argumen bahwa ekosistem laut akan lebih produktif apabila laut itu sendiri sehat. Mengingat, sumber daya bumi yang terbatas dan maraknya polusi, penangkapan ikan secara eksploitatif, perusakan habitat tentu akan membahayakan kehidupan dan ekosistem lautan.

Melalui pelaksanaan ekonomi biru menjadi suatu keuntungan bagi wilayah yang memiliki ruang besar pada sektor maritime. Ketidakmampuan wilayah daratan dalam menunjang kesejahteraan masyarakat, khususnya wilayah pesisir dapat teratasi melalui konsep tersebut.

Baca juga: Pesisir Tambakrejo Enggan Tenggelam, dan Upaya Kelompok CAMAR Menjaga Sisa Mangrove yang Ada

Apa Perbedaan Ekonomi Biru dengan Ekonomi Hijau?

Kendati berangkat dari paradigma yang sama yaitu ekonomi, antara green economy dan blue economy memiliki perbedaan yang signifikan. Gagasan ekonomi hijau dicetuskan program lingkungan PBB atau The United Nations Environment Programme (UNEP) tahun 2008 dalam rangka mendukung upaya penurunan emisi gas rumah kaca dan bertujuan memberikan peluang yang besar bagaimana konsep ini bisa menunjang pembangunan yang berorientasi pada aspek lingkungan dan ekosistem.

potensi ekonomi biru lautan

Adapun, dua hal yang ingin dicapai dari gagasan green economy yaitu fokus pada bagaimana kontribusi Investasi hijau tersebut terhadap produksi barang dan jasa serta dan pertumbuhan lapangan pekerjaan di bidang terkait dengan ramah lingkungan green job. Melalui green economy pula harapannya dapat membantu dalam menyiapkan panduan propoor green investment atau Investasi hijau yang mampu mendorong pengentasan masalah kemiskinan.

Lantas bagaimana dengan blue economy atau ekonomi biru? Sederhanannya, konsep ini menawarkan solusi yang lebih holistik untuk mengembangkan manajemen sumber daya secara efektif. Ekonomi biru memanfaatkan modal alam dan teknologi berorientasi pelestarian alam untuk pengurangan biaya produksi dan konsumsi, memperbaiki mutu hidup manusia dan makhluk alam, pengurangan risiko lingkungan hidup demi eksistensi, dan keharmonisan kehidupan alam dan manusia.

Konsep blue economy menempatkan teknologi sebagai basis penting dari inovasi pembangunan ekonomi, karena dapat mengakselerasi peningkatan dan diversifikasi produksi yang dihasilkan masyarakat, serta memanfaatkan limbah sebagai sarana produksi untuk menghasilkan produk baru.

Apa Saja yang Termasuk Ekonomi Biru?

Menurut Prasutiyon Hadi (2018), inti dari konsep ekonomi biru adalah de-coupling pembangunan sosial ekonomi dari degradasi lingkungan. Adapun, beberapa isu-isu dalam menjalankan blue economy konsep adalah:

1. Pemanfaatan berkelanjutan keanekaragaman hayati

Pendekatan ekosistem diperlukan agar faktor dalam pemulihan keanekaragaman hayati dan terbarukan dapat terlaksana.

2. Keamanan pangan

Dalam konteks ketahanan pangan ekonomi biru sangat erat terkait dengan kelanjutan penggunaan keanekaragaman hayati. Terutama di mana berkaitan dengan eksploitasi perikanan liar.

ekonomi biru perikanan

3. Perikanan berkelanjutan

Budidaya merupakan sektor sumber makanan cepat berkembang sekarang ini dan menyediakan 47% dari ikan untuk manusia sebagai konsumsi global. Maka dari itu, akuakultur menjadi tren yang mampu memberikan jaminan keamanan pangan.

4. Laut dan wisata pantai

Wisata bahari dan pantai adalah kunci penting untuk negara-negara berkembang meskipun terjadi krisis ekonomi global. Namun di satu sisi, pariwisata menjadi tantangan tersendiri dalam hal peningkatan emisi gas rumah kaca, air konsumsi, limbah, limbah dan kehilangan atau degradasi habitat pesisir.

5. Tata kelola dan kerja sama internasional

Ekonomi biru dimulai dengan penilaian awal dan kritis evaluasi. Hal ini akan memberikan dasar untuk pengambilan keputusan dan manajemen adaptif.

Baca juga: 5 Cara Sederhana Selamatkan Pesisir Indonesia

Mengapa Penting?

Mengapa konsep ekonomi biru penting? Bukankah sudah ada konsep, pendekatan, dan upaya lain yang sama-sama bertujuan untuk menjaga dan melestarikan lingkungan? Namun paling tidak, ada lima manfaat dari Investasi dalam aksi iklim berbasis laut untuk menciptakan ekonomi biru:

  1. Adanya potensi sumber energi terbarukan seperti angin lepas pantai, susunan surya terapung, dan tenaga gelombang dan pasang surut, sangat menjanjikan untuk membangun kemandirian energi dan membantu negara-negara memenuhi komitmen pengurangan emisi mereka berdasarkan Perjanjian Perubahan Iklim Paris.

  2. Upaya dekarbonisasi pelayaran global, sebab sektor ini menyumbang emisi karbon cukup besar. Kabar baiknya, seiring dengan perkembangan zaman teknologi baru dapat diimplementasikan untuk mengurangi emisi dari kapal dan fasilitas pelabuhan. Untuk itu, komunitas internasional perlu menetapkan standar baru agar praktik di lapanganya benar-benar diterapkan secara merata
  3. Lahan basah dan ekosistem pesisir seperti rawa asin, padang lamun, terumbu karang, dan hutan bakau membutuhkan perlindungan mendesak untuk mempertahankan jasa lingkungannya yang penting. Diperkirakan bahwa ekosistem ini menyerap sebanyak lima kali jumlah karbon dari hutan terrestrial per satuan luas sembari melindungi populasi pesisir dari badai yang makin kuat dan kenaikan permukaan laut.

  4. Berinvestasi dalam perikanan yang berkelanjutan dan khususnya akuakultur akan menciptakan pekerjaan dengan gaji yang baik dan membantu mendorong ketahanan pangan serta keadilan ekonomi, khususnya di negara-negara berkembang.

  5. Pariwisata yang berkelanjutan dan regenerative dapat membantu pemulihan ekonomi bagi negara-negara pesisir dengan cara mendukung lautan dan alam.

Bagaimana Penerapannya di Indonesia?

Sejak awal tahun kemerdekaan Indonesia, negara telah menaruh perhatian pada ekonomi maritime sebagaimana tertuang dalam Deklarasi Djuanda. Di dalamnya dinyatakan bahwa dalam membangun bangsa dan ekonomi, harus didasarkan pada potensi dan kedaulatan negara kepulauan.

Deklarasi Djuanda juga menegaskan bahwa pengelolaan dan pemanfaatan laut beserta segala isinya memerlukan sumber daya manusia yang andal, infrastruktur yang canggih, penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, penelitian inovatif, dan peneliti yang berkualitas.

Dengan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi serta melalui penelitian, maka berbagai potensi yang terdapat di perairan laut, baik yang berada di dasar perairan, kolom perairan, maupun potensi lainnya  di laut lepas dapat dimanfaatkan untuk kepentingan nasional dan kesejahteraan masyarakat.

Lantas bagaimana upaya pelaksanaan ekonomi biru oleh pemerintah Indonesia? Upaya tersebut dibagi menjadi beberapa fokus sebagaimana dijelaskan dalam laporan Oceans for Prosperity: Reforms for a Blue Economy In Indonesia oleh World Bank (2021):

1. Perikanan berkelanjutan dan produktif

  • Efisiensi belanja publik
  • Lembaga pengelolaan perikanan
  • Izin penangkapan ikan
  • Data perikanan
  • Mengembalikan rantai nilai perikanan
  • Pengelolaan perikanan berbasis hak
2. Pariwisata berkelanjutan
  • Pemantauan dampak pariwisata
  • Manajemen arus pengunjung
  • Layanan bagi warga di sekitar lokasi wisata
  • Pendekatan sistem untuk pembiayaan konservasi
3. Pengelolaan pesisir
  • Pengelolaan kawasan konservasi laut (KKP)
  • Program pesisir padat karya
  • Pengumpulan data ekosistem
  • Moratorium deforestasi hutan bakau
  • Mata pencaharian pesisir dan dukungan bisnis
  • Kadaster laut dan pesisir

4. Plastik laut
    • Layanan pengelolaan limbah untuk area prioritas
    • Pembersihan plastik pantai dan laut dangkal
    • Plastik sekali pakai
    • Extended producer responsibility
    • Kampanye perubahan perilaku
    • Desain untuk sirkulasi

Referensi dan rujukan yang digunakan dalam tulisan ini adalah:

Prasutiyon Hadi. (2018). “Paper Review Konsep Ekonomi Biru (Sebuah Potret: Indonesia Bukanlah Jakarta)”. Dalam Jurnal Ekonomika, Vol. 11. No. 2. https://dev2.kopertis7.go.id/uploadjurnal/4_EkonomikaV11No2Des2018.pdf.

Purbani Dini, dkk. (2016). “Pengembangan Industri Perikanan Tangkap di Perairan Barat Sumatera Berbasis Ekonomi Biru” dalam Jurnal Manusia dan Lingkungan Vol. 23, No.2. https://journal.ugm.ac.id/JML/article/view/18795/12126.

Mahmud Muh. Arba. (2017). “Gerakan Hijau di Arus Poros Maritim (Rehabilitasi Mangrove Maluku Utara sebagai Pilar Ekonomi Biru” dalam Prosiding Seminar Nasional Kemaritiman dan Sumber Daya Pulau-Pulau Kecil. https://ejournal.unkhair.ac.id/index.php/ksppk/article/view/641.

https://kkp.go.id/an-component/media/upload-gambar-pendukung/brsdm/Buku/Inovasi%20KP%20Mendukung%20Ekonomi%20Biru.pdf

https://www.weforum.org/agenda/2022/05/g20-sustainable-blue-economy/#:~:text=%22The%20blue%20economy%22%20can%20create,from%20investing%20in%20the%20ocean.

https://1000startupdigital.id/wp-content/uploads/2021/07/rintisan10.pdf

https://unric.org/en/blue-economy-oceans-as-the-next-great-economic-frontier/

https://www.sbm.itb.ac.id/2021/07/16/blue-economy-potential-challenges-and-sustainable-development/

https://perpustakaan.bappenas.go.id/e-library/file_upload/koleksi/dokumenbappenas/file/Blue%20Economy%20Development%20Framework%20for%20Indonesias%20Economic%20Transformation.pdf


Ecolify merupakan platform konservasi lingkungan yang akan menghubungkan perusahaan, komunitas, organisasi, brand hingga individu, untuk bersama menghijaukan Indonesia dengan prinsip keberlanjutan dan transparansi. Kami akan selalu membuka peluang kolaborasi dan membantu meningkatkan inisiatif Tanggung Jawab Perusahaan anda. Mari, bersama menghijaukan Indonesia karena Bumi layak mendapatkan pemulihan terbaik dari inisiatif kolaborasi penduduknya. 


Kategori

Lihat Cerita Lainnya

Ecolify.org For Future Worth Living
Ecolify.org For Future Worth Living Ecolify.org For Future Worth Living

Ecolify adalah platform yang memudahkan organisasi, instansi dan perusahaan untuk menjalankan projek sosial penanaman pohon secara transparan dan berkelanjutan.

Hubungi kami

email:
kartika[at]lindungihutan.com

wa / phone:
+62 813 2918 1389

location:
Jalan Lempongsari 1 No. 405, Semarang, Indonesia

legal info:
Keputusan MENKUMHAM NOMOR AHU-0003033.AHA.01.04.

Ikuti Kami

Ecolify.org For Future Worth Living     Ecolify.org For Future Worth Living     Ecolify.org For Future Worth Living

LindungiHutan c 2020 - made with conscience "for a future worth living"